Memang mengejar gelar itu (cuma) ada di negeri berkembang (baca: Indonesia). Di LN, orang mengambil S2/S3 selain karena alasan akademik (u/ mengajar atau melanjutkan sekolah), juga karena memang tuntutan kerja (bukan karena mencari titel, tetapi karena u/ mendisain
peralatan hi-tech memang membutuhkan ilmu lebih lanjut). Lha wong Bill Gates atau Steve Jobs saja tidak bergelar bisa kaya-raya tanpa gelar S1 sekali pun (Bill Gates mendapatkan gelar S1-nya baru-baru ini secara honoris causa dari Harvard. Tidak perlu bikin TA segala :-P).
Di negeri spt. Amerika, jauh lebih banyak pekerjaan buat engineer dg. kompensasi kadang menyamai atau bahkan lebih tinggi dibanding manager atau direktur sekalipun. Hampir tidak pernah ada engineer berpendidikan S1/S2 yg. mencantumkan titel dibelakang nama mereka dalam resume (kecuali di bagian education history). Sering pula seorang manager "mendowngrade" diri mereka dari manager kembali menjadi engineer (tapi pastilah gajinya tidak.)
Bottom-line: Di dunia kerja non-akademik di LN, orang yg. cuma menggelar titel tanpa menunjukkan performansi kerjanya itu sama dengan "tong-kosong nyaring bunyinya". Sebaliknya, titel datang sendiri jika orang dapat menunjukkan hasilnya (contoh di LN: Bill Gates,
contoh di dalam negeri: alm. Buya Hamka dg. gelar Doktor honoris causa)
No comments:
Post a Comment