Tuesday, September 15, 2009

Sakit dan Makanan

BTW, terakhir2 ini saya sering mendengar "si anu kena stroke", "si anu pendarahan otak", dsb.  Terlepas dg. kasus almarhum (dan tentu saja takdir Tuhan), adakah hasil riset yg. menunjukkan kecenderungan peningkatan penderita stroke di Indonesia, terutama Jakarta?

Sejauh yg. saya ketahui, faktor resiko kena stroke u/ orang Asia lbh. tinggi dibanding orang eropa/kulit putih.

Mungkinkah ada "link" dg. gaya hidup sebagian penduduk kota2 besar di Indonesia? Misalnya, kurangnya awareness tentang level cholesterol (makannya jeroan, kambing, makanan padang [no offense].), masukan sodium yg. tinggi (fries di McD, gorengan dsb.), jarang berolah-raga  (lingkungan JKT sangat tidak mendukung u/ hidup sehat dan segar).

Nah, yg. satu ini mungkin perlu diteliti: level stress yg. tinggi pada penduduk (terutama di Jakarta).  Pergi ke kantor habis subuh, pulang larut malam (u/ menghindari macet saat pergi/pulang kantor).  Sewaktu kerja, jarang (atau tidak diperkenankan) break.   Di negeri maju, karyawan diperkenankan melakukan break setiap bebarap jam.  Malah di sejumlah perusahaan besar, fitness center yg disediakan di dalam kantor, dapat digunakan saat break.

Terus terang saja, saya merasa "ngeri" kalau pulang kampung (maksudnya Jakarta), berapa waktu yg. dihabiskan di jalan dg. stress (2 jam/hari) karena macet dan kesemwrawutan lalu-lintas di Jkt.

Ref: http://www.americanheart.org/presenter.jhtml?identifier=9217

No comments: