Monday, October 04, 2010

Mengenai habib

Konon mereka mayoritas keturunan anggota ahlul bayt dan "Ahlul Kisa" (QS 33:33), Imam Husein bin Ali KWh yang beristerikan seorang puteri kaisar persia, Yazdajrid (Yazdekerd) III (cucu dari kaisar Kisra di zaman rasul) yg. bernama Syahrbanu. Kaisar Yazdajrid ini cucu (ibu dari ayahnya) dari kaisar Romawi Bizantium bernama Maurice. Termasuk juga sebagian besar Wali Songo, kesultanan Siak Indrapura, kesultanan Pontianak, kesultanan Palembang, Samoedra Pasai, Aceh, Ternate, Tidore, Sulawesi, Mindanao.

Soal ini sdh banyak sekali ditulis oleh pakar sejarah, baik dari Indonesia (Hamka, Azyumardi Azra, riset2 di IAIN, UI, UNPAD, dll.), Mesir (Univ. Al-Azhar), Belanda (Van Den Berg dari universitas Leiden, dll.) dan negeri eropa lainnya (univ. Leipsig dll.), Australia bahkan di Amerika (Columbia, Cornell, Brown University)

Contohnya:

Disertasi Prof. Azyumardi Azra, Ph.D di Cornell University (mantan rektor IAIN Syarif Hidayatullah): "The Transmission of Islamic Reformism to Indonesia: Networks of Middle Eastern and Malay-Indonesian `Ulama in the Seventeenth and Eighteenth Centuries" (dibukukan dengan judul "Jaringan Ulama" penerbit kalau tidak salah Mizan. Perlu saya cek dulu di rak buku nama penerbitnya).

Prof. Dr. Helmut Lukas dari Austrian Academy of Sciences, Commission for Social Anthropology, Vienna (Austria) "The perception of Indonesia’s history and culture by Western historians and social scientists" (bisa diunduh di http://homepage.univie.ac.at/helmut.lukas/history.PDF)

DR. Howard M. Federspiel: "Islam and ideology in the emerging Indonesian state: the Persatuan Islam (PERSIS)" (hal 8)

Van Den Berg (Univ. Leiden, Holland): "Hadhramout et les Colonies arabes dans l'Archipel Indien Indonesian" (sdh diterjemahkan ke bahasa Indonesia dg. judul "Hadramaut dan koloni arab di Nusantara", terbitan INIS 1989)

Ahmad Ibrahim, Sharon Siddique, Yasmin Hussain: "Readings on Islam in Southeast Asia", Institute of Southeast Asian Studies, 1985 (hal 4 & 7), bisa diunduh disini: http://books.google.com/books?id=BeDKqPTeHnUC&printsec=frontcover&source=gbs_ge_summary_r&cad=0#v=onepage&q&f=false

Natalie Mobini-Kesheh (Monash University), The Hadrami awakening: community and identity in the Netherlands East Indies (disertasi di Cornel University, NY).
Bisa juga diunduh disini:
http://books.google.com/books?id=c45Xvsq2q4UC&lpg=PP1&dq=the%20hadrami%20awakening&pg=PP1#v=onepage&q&f=false

Prof. Dr. HAMKA, M. DAHLAN MANSOER, ABOE BAKAR ATJEH e.t, Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia. (cetakan Medan, 1963). (entah kemana nih buku, lenyap).

Ahmad Hidayat: Sejarah Islam Sampai ke Nusantara: http://telagahikmah.org/name/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=98

Blog wartawan senior Republika: http://alwishahab.wordpress.com/2009/08/07/hadramaut-dan-koloni-arab/

Dan banyak lagi referensi lainnya.

Detil online lainnya bisa dilihat disini:
http://www.ummah.net/islam/nusantara/sejarah.html
http://blogs.myspace.com/index.cfm?fuseaction=blog.view&friendId=370385956&blogId=392077873+
http://www.facebook.com/topic.php?uid=153822355856&topic=13695
http://kawansejati.ee.itb.ac.id/tentang-istilah-sayyid-syarif-dan-habib
http://id.wikipedia.org/wiki/Sayyid

Beberapa cuplikan:


Nageeb M.Saleeby didalam bukunya yang berjudul ‘Department of The Interior Ethnological Survey Publication Studies in More History Law Relegion’ (Manila Bireau of Republic Printing 1905) dalam menyebut sejarah Mindanau mengatakan antara lain:
“Sebelum kedatangan Islam tidak terdapat data sejarah yang akurat, dan tidak terdapat pula kisah atau ceritera-ceritera yang di-ingat orang. Setelah kedatangan Islam barulah tampak penyebaran ilmu (pengetahuan), peradaban dan berbagai kegiatan. Undang-undang dasar yang baru ditetapkan bagi Negara, ketentuan-ketentuan hukum tertulis ditetapkan dan silsilah serta cabang-cabang keturunan dari orang-orang besar dibaku kan, kemudian dengan hati-hati dan dijaga baik-baik oleh semua Sultan dan para bangsawan”. Silsilah tersebut dibakukan dalam sebuah catatan sejarah yang tertulis dengan bahasa Melayu Tinggi, terjemahannya dalam bahasa Indonesia, sebagai berikut:
“Alhamdulillah, saya yakin sepenuhnya bahwa Allah menjadi saksi atas saya. Buku catatan ini berisi silsilah Rasulallah saw (yaitu mereka) yang tiba di Mandanau. Sebagaimana diketahui, Rasulallah saw mempunyai seorang putri bernama Fathimah Az-Zahra. Putri ini melahirkan dua orang syarif, Al-Hasan dan Al-Husain. Tersebut belakangan (Al-Husain) itulah yang beranak Syarif (Ali) Zainal Abidin...”dan seterusnya.
Keturunan dari Muhamad (Al-Baqir) putera Zainal Abidin (yakni mereka yang datang dari Johor) ialah Ahmad bin Abdullah bin Muhamad bin Ali bin Abdullah bin Alwi (‘Ammul Faqih) bin Muhamad (Shahib Marbath) bin Ali (Khali’ Qasam) bin Alwi bin Muhamad bin Alwi (orang yang pertama disebut ‘Alawi’ dan darinya berasal semua kaum sayid Al-Alawiyyun di Hadramaut) bin Abdullah bin Ahmad Al-Muhajir bin Isa..dan seterusnya sampai kepada Muhamad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin.

- Musyawarah kaum muslimin yang berlangsung di Sidogiri pada tanggal 30-april-1962, dihadiri oleh 165 orang ulama, telah mengambil keputusan dan telah disampaikan kepada pihak-pihak resmi, bahwasanya kaum Alawiyyin berasal dari Hadramaut penganut madzhab Syafi’i adalah orang-orang yang menyebarkan agama Islam di Indonesia. Naskah keputusan tersebut ditanda tangani oleh Ketua Musyawarah, Haji Ahmad Khalil Nawawi dan wakil Sekretaris Abdulgani Ali. Adapun mengenai orang-orang yang menyebarkan agama Islam dinegeri-negeri Timur pada umumnya, dapat dituturkan sebagai berikut: Menurut beberapa buku sejarah Jawa dan menurut sementara kaum orientalis (ahli ketimuran) Barat, dinyatakan bahwa orang-orang Arab lah yang membawa benih-benih agama Islam kenegeri-negeri Timur. Akan tetapi beberapa orang dari kaum orientalis zaman belakangan masih tetap mengikuti pendapat Snouck Hurgronje, yang berpendapat bahwa penyebar agama Islam datang dari India. Meskipun begitu mereka sendiri berbeda pendapat mengenai tempat (di India) darimana (aslinya) para penyebar agama Islam itu datang.

Doktor Hamka mengatakan juga bahwa orang-orang keturunan Arab, khususnya kaum Sayid, beroleh kedudukan dan martabat sangat terhormat. Keturunan mereka memegang tampuk kesultanan Aceh. Sultan yang pertama ialah Sultan Badrul-‘Alam Asy-Syarif Hasyim Jamalullail (1699-1702M), kemudian Sultan Perkasa Alam Asy-Syarif Lamtsawiy Asy-Syarif Ibrahim Abriy. Hingga tahun 1946 M beberapa orang perwira yang memimpin pasukan bersenjata di Aceh terdiri dari keturunan Arab. Sultan-sultan Perlis dari keluarga Jamalullail dan Sultan yang sekarang (yakni pada masa Hamka menulis bukunya) ialah Tuanku Sayid Putera bin Almarhum Hasan Jamalullail. Sebagai pembuktian tentang ke-arab-an para penyebar agama Islam beliau mengemukakan, bahwa diantara mereka itu adalah Syeikh Islam’il dan Sayid Abduaziz yang telah berhasil mengislamkan ‘Prameswara’. Sedangkan Syeikh Abdullah Arif dan Malik Ibrahim sendiri adalah keturunan (Ali) Zainal Abidin bin Al-Husain bin Ali bin Abi Thalib bermukim di Gresik. Demikian juga Syarif Hidayatullah adalah keturunan Muhamad Rasulallah saw. Kedatangan para sayid dari kaum Alawiyyin dari Hadramaut terjadi pada masa hidupnya Sultan Iskandar Muda di Aceh. (semua uraian yang bersumber dari Hamka ini didasarkan buku beliau ‘Sejarah Umat Islam’ jilid 4 hal.21,42,46,47 dan buku beliau ‘Tuanku Rau Antara Fakta dan Khayal’, hal. 332). Dalam buku Hamka “Seminar Sejarah” (Islam) hal.75, mengatakan: Harus diakui bahwa kaum Sayid dan kaum Syarif (kaum Alawiyyin) sudah sejak semula telah mengambil bagian dalam penyebaran agama Islam di Indonesia.

- Prof. Dr. Hamka didalam bukunya “Sejarah Ummat Islam’ jilid 4 mengatakan, didalam ceritera-ceritera rakyat yang tertulis banyak disebut tokoh-tokoh penting yang berasal dari keturunan Rasulallah saw. Raja-raja dikepulauan Maluku, misalnya, disebut bahwa mereka itu berasal dari keturunan Jakfar As-Shadiq (cicit Rasulallah saw). Disebut juga bahwa seorang Sayyid dari kaum Alawiyyin datang dibeberapa daerah Timur Indonesia untuk menyebarkan agama Islam. Banyak pula dibicarakan orang bahwa seorang Sayid lainnya yang berada dikerajaan Kutai datang dari Demak. Ceritera-ceritera seperti itu meskipun tidak ditunjang oleh data tertulis atau tidak diperkuat dengan hujjah (argumentasi), bagaimanapun juga pasti mempunyai asal kenyataan yang sebenarnya, bukan hanya sekedar ceritera yang menunjukkan betapa besar peranan orang-orang Arab dalam penyebaran agama Islam dinegeri Melayu. Peranan yang tidak dapat kita lupakan.

No comments: