Bertahun-tahun saya mendengar dan mengenali bahasa cina dialek Hokkian yang lazim digunakan di negeri-negeri bagian asia tenggara, seperti Indonesia, Malaysia dan Singapura. Selama ini, bahasa yang menjadi lebih awam di telinga saya akibat seringnya membaca cerita silat karya mediang Asmaraman Kho Ping Ho, ternyata sangat berbeda dengan bahasa cina yang dipakai oleh penduduk cina, terutama cina daratan (mainland).
Beberapa rekan kerja yang berasal dari cina daratan mengatakan, beberapa penduduk Taiwan faham bahasa ini. Iseng-iseng saya cari di Internet, saya temukan kenyataan bahwa letak asal-muasalnya bahasa ini muncul adalah di daerah pantai diseberang pulau Formosa (Taiwan), dan dibawah propinsi Guangdong (Kuang Zhou?). Kata "Hokkian" sendiri adalah berasal dari dialek itu, sementara dalam bahasa mandarin (cina standard), disebut "Fujien" atau "Fukien".
Menurut pendapat beberapa teman asal Cina, terdapat dua penulisan bahasa Cina sekarang ini. Pertama adalah "Cina disederhanakan" yg. dipakai di negeri Cina daratan, dan "Cina Tradisionil" yang mayoritas digunakan di negeri Taiwan. Contohnya, kalimat "Apa kabar" dalam bahasa cina ditulis 如何是你, sementara dalam pengucapannya akan berbeda antara dialek Kanton, Fukkien (Hokkian) dan Mandarin. Kata lain, misalnya 我爱你 (I love you), dalam hal ini kedua-duanya berbunyi serupa "Wo Ai Nie". "Wo" (dengan sedikit tekanan) berarti "saya", "Nie" berarti "kamu". Sementara itu, kata "Terima Kasih" (Thank You) diucapkan sangat berbeda antara dialek-dialek tersebut. Dialek Mandarin mengatakan "Shie-shie", sementara Hokkian mengucapkannya "Kam Sia". Saya menyadari ini saat terbang menggunakan maskapai penerbangan Taiwan (EVA Air). Pramugari di pesawat itu selalu menyampaikan pesan dalam dua dialek (Mandarin dan Hokkian).
Bagi yang akrab dengan cerita-cerita silat karya kenamaan dari median Asmaraman Kho Ping Ho akan mengenali kata-kata "Teecu", "Li-Hiap", "Enghiong", "Sute", "Suhu", "Subo", "Suheng", "Cici", "Koko", "Twa-ko", "Kim-Ci", "Locianpwe", "Kang-Ouw", "Siucai", "Bo-Ceng-li", dan sebagainnya. Semua kata-kata itu berdialek Hokkian dan tidak akan dimengerti oleh mayoritas Cina (yang berbahasa Mandarin).
Kata yang diinggeriskan "Kung-Fu" dalam dialek mandarin disebut Chuan Tou, sementara dalam dialek Hokkian (Fukien/Hokien), disebut "Kun Tao".
No comments:
Post a Comment