Wednesday, September 28, 2005

Bensin

Harga bensin di Indonesia makin mencekik leher. Siapa yang kuat untuk membeli bensin, di Amerika saja (California utara), harga bensin sekitar $2.8 sampai $3 per gallon. Berbeda dengan Indonesia, kenaikan harga dari sekitar $2 tahun lalu tidak terlalu mencekik (walau cukup untuk menaikkan harga-harga makanan dan barang-barang).

Indonesia sekarang ini termasuk negara melarat dan miskin. GDPnya saja dibawah sejumlah negara-negara tetangga ASEAN. Anggaran militernya yang cuma 0.25% dari APBN jauh dibawah Vietnam dan Thailand (Sekitar 7%), apalagi Singapura. Teknologi militer yang digunakan sudah usang. Hanya ada 10 pesawat F16 yang digunakan di Indonesia, sementara Thailand memiliki 50. Jadi, kalau salah satu negara ASEAN menggempur Indonesia, hancurlah. Tapi anehnya, saat terjadi situasi panas dengan Malaysia, bangsa Indonesia dengan sombongnya menantang Malaysia. Mau mati konyol?

Kembali ke soal bensin, mengapa penduduk Indonesia tidak kembali saja ke tenaga manusia dalam soal transportasi? Misalnya menggalakkan budaya bersepeda. Selain sehat, juga menghemat dana milyaran dollar per tahun. Tetapi hal ini nampaknya susah dicapai, selain karena bangsa Indonesia sudah terpaku budaya 'hura-hura' atau 'pamer'. Si anu punya mobil, mengapa saya tidak? Si anu naik mobil bagus ke kondangan, kenapa saya tidak?

Selain itu, kalau kita melihat kondisi kota Jakarta, sungguh sangat memperihatinkan. Hampir semua jalan mengalami kemacetan. Apalagi kalau kita pergi melongok Tanah Abang. Dimana-mana dibangun pasar, toko, dan sebagainya. Jalan-jalan menjadi macet total dan orang membuang waktu berjam-jam di jalan. Berapa banyak bensin terbuang percuma karena kendaran hanya berdiam atau berjalan setapak? Belum lagi polusi yang dihasilkan dari kendaran-kendaran umum yang semuanya sebetulnya sudah tidak layak digunakan karena terlalu berpolusi.